Kamis, 25 Februari 2010

alat bantu POD

ALAT BANTU POD
Alat bantu yang akan maksudkan dalam pembahasan ini adalah alat bantu audiovisual untuk membantu proses pendidikan orang dewasa. Alat bantu audiovisual adalah bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkandalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
Efektivitas pengajaran orang dewasa seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan orang dewasa tergantung pada pengertian yang jelas, tetapi ada beberapa konsep yang tidak disampaikan sejelas dan selengkap jika menggunakan alat bantu audiovisual. Idealnya tidak hanya tergantung pada alat bantu audiovisual atau ucapan saja, tetapi dapat juga dilakukan dengan mengkombinasikan keduanya sesuai dengan keinginan orang atau kelompok yang berkepentingan.
Beberapa kesalahan persepsi mengenai alat bantu audiovisual (ABAV). (1) ABAV bukan suatu bentuk pendidikan tersendiri, melainkan merupakan sarana untuk melengkapi bahan pengajaran. (2) ABAV bukan hanya berupa gambar hidup. (3) ABAV bukan untukmenarik perhatian, tetapi untuk mengurangi usaha belajar. (4) ABAV bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah digunakan sejak lama. (5) ABAV bukan sesuatu yang dapat mengatasi segala hambatan pengajaran.
ABAV tidak diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Dapat membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar, mendorong minat, meningkatkan pengertian yang lebih baik, melengkapi sumber belajar yang baik, menambah variasi metode belajar, menghemat waktu, dll.
Prinsip penggunaan ABAV
1. Menentukan alat bantu yang digunakan. Alat bantu tertentu hanya baik digunakan untuk waktu tertentu.
2. Menggunakan alat. Alat bantu harus disajikan pada waktu yang tepat. Alat juga harus digunakan secara tepat. Alat bantu digunakan untuk mengajarrkan sesuatu. Penggunaan alat bantu harus dapat mendorong partisipasi belajar. Penggunaan alat bantu harus direncanakan dengan matang. Setelah digunakan, alat bantu harus disimpan dengan baik.
Beberapa jenis ABAV yang biasa digunakan :
1. Film.
Kelebihan : menarik perhatian, dapat menunjukkan langkah / tahapan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, dapat menayangkan peristiwa yang telah terjadi, dapat dipercepat atau diperlambat untuk menganalisis tindakan atau pertumbuhan tertentu, dapat diperbesar agar terlihat lebih jelas, dapat menimbulkan emosi, dll.
Kekurangan : mahal, baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkap dari metode pengajaran yang lain.
2. Slide dan Filmstrip.
Kelebihan : dapat dibuat oleh individu dengan biaya murah, relatif ringan dan mudah dibawa-bawa, dapat diubah-ubah menurut urutan waktu dan tempatnya.
Kelemahan : tidak dapat menunujukkan gerakan, biasanya membutuhkan narasi langsung, kecuali dinarasikan dengan tape recorder.
3. Tape recorder.
4. Televisi dan Video tape
5. Radio
Duajenis siaran radio yang biasa dimanfaatkan untuk program penyuluhan atau pendidikan nonformal : (1) siaran terbuka ; penyusunprogram menyerahkan naskah siaran, seperti pengumuman atau warta berita yang dibacakan secara langsung atau direkam untuk digunakan pada program yang telah dijadwalkan. (2) kelompok pendengar siaran terbuka ; pelayanan penyuluhan di banyak negara menggunakan pendekatan yang biasa disebut kelompok pendengar, atau sekolah radio.
6. Overhead projector
7. LCD projection panel
Perbedaan OHP dengan LCD : LCD dipersiapkan dengan fasilitas power point sedangkan OHP menggunakan transparansi, LCD menggunakan komputer OHP dengan manual, LCD dapat berwarna OHP hitam-putih.
8. Papan tulis, chart, dan peta.
9. Papan panel.

'Andragogi Respon Individu 1 (ya)'

PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar.
Belajar adalah proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa-apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Beberapa asumsi dasar dan implikasinya terhadap belajar.
1. Konsep diri. Orang dewasa memandang dirinya sudah mampu untuk sepenuhnya mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan.
2. Pengalaman. Bagi orang dewasa pengalaman adalah dirinya sendiri, ia merumuskan siapa dia, menciptakan identitas dirinya atas dasar seperangkat pengalaman yang unik.
3. Kesiapan untuk belajar. Masa kesiapan belajar bagi orang dewasa diakibatkan dari peran sosialnya.
4. Orientasi terhadap belajar. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.

TUJUAN DAN PERTIMBANGAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Tujuan pendidikan orang dewasa secara umum :
1. Untuk membantu orang-orang melakukan penyesuaian psikologis terhadap kondisi social dan dunia alamiah mereka dengan melangkapinya aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2. Melengkapi orang dewasa dengan keterampilan-keterampilan yang diperlukan guna menemukan dan memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi dengan menekankan pada keterampilan-ketrampilan memecahkan masalah dan tidak pada isi atau subject matter.
3. Untuk membantu orang dewasa merubah kondisi social mereka.*
4. Untuk membantu orang dewasa menjadi individu yang bebas, individu-individu otonom.
*Pertimbangan filosofis dalam pendidikan orang dewasa.
Berpikir filosofis bagi orang dewasa sangat diperlukan, karena cara itu merupakan suatu tahap yang membimbing seseorang “mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Mrngembangkan cara berpikir filosofis merupakan proses penelitian tentang prinsip-prinsip atau hakikat yang di dalamnya mencakup penemuan dan pengembangan dari apa yang diyakini, khususnya tentang berbagai unsur-unsur dasar dari pendidikan untuk orang dewasa.

PRINSIP, PERSPEKTIF TEORITIS, DAN PENDEKATAN POD
Menurut Hommonds ada empat prinsip belajar yang dapat diaplikasikan untuk mempercepat proses perubahan perilaku belajar.
1. Prinsip praktik.  learning by doing.
2. Prinsip hubungan.  pengalaman sebagai pedoman untuk memprediksi kejadian di masa datang.
3. Prinsip akibat.  emosi saat belajar terhadap apa yang dipelajari mempengaruhi hasil belajar.
4. Prinsip kesiapan.  menyiapkan diri untuk dapat menerima pelajaran dengan baik dan memberi perhatian penuh terhadap apa yang sedang dipelajari.
Perspektif teoritis belajar orang dewasa.
A. Carl Rogers
Carl roger adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistic yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta pebelajar dan pembelajar, hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui pengalaman kelompok yang lebih intensif.
B. Paulo Freire*
Menurut Freire, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan pada diri pribadi (self affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan perjuangan kemerdekaan, membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
C. Robert M. Gagne*
Gagne mengajukan delapan tipe belajar, tujuh diantaranya dianggapnya sebagai suatu hierarki, dan yang kedelapan dapat terjadi pada setiap tingkatan.
D. Jack Mezirow*
Mezirow menganggap pendidikan sebagai suatu kekuatan pembebasan individu dari belenggu dominasi budaya penjajah, namun ia melihat kemerdekaan dari perspektif yang lebih bersifat psikologis.
E. Malcom Knowles
Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar bagi anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurutnya ada empat asumsi utama yang membedakan antara andragogi dan paedagogi :
1. Perbedaan dalam konsep diri ; orang dewasa membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri.
2. Perbedaan pengalaman ; orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin luas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam kegiatan belajar.
3. Kesiapan untuk belajar ; orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan dianggap relevan.
4. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar ; orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subjek.
Pendekatan Pendidikan Orang Dewasa
1. Pendekatan pemusatan masalah
2. Pendekatan proyektif*
3. Pendekatan apersepsi-interaksi*
4. Pendekatan perwujudan diri sendiri*
*Keyakinan-Keyakinan tentang Proses Belajar dan Pebelajar
Keyakinan-keyakinan tentang pebelajar orang dewasa berhubungan denagn unsur-unsur lain di dalam kerangka filosofi kerja pendidikan orang dewasa. Keyakinan-keyakinan tersebut logikanya sama dengan keyakinan kita tentang tujuan pendidikan orang dewasa dan tentang isi atau subject matternya.

Sabtu, 13 Februari 2010

resume pertemuan 2

Resume pertemuan 2
1. Prinsip, Perspektif Teroitis, dan Pendekatan Pendidikan Orang Dewasa
2. Keyakinan tentang Proses Belajar Mengajar Pendidikan Orang Dewasa


PRINSIP, PERSPEKTIF TEORITIS, DAN PENDEKATAN POD

Menurut Hommonds ada empat prinsip belajar yang dapat diaplikasikan untuk mempercepat proses perubahan perilaku belajar.
1. Prinsip praktik. Seseorang tidak akan belajar apapun apabila ia tidak melakukan sesuatu.
2. Prinsip hubungan. Kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman yang terjadi di masa yang lalu dapat dijadikan pedoman untuk meramalkan akibat ataupun hasil dari suatu proses yang sedang dialami seseorang pada suatu saat. Hubungan-hubungan yang telah dilakukan oleh orang yang bersangkutan hasilnya akan diingat dalam kurun waktu yang cukup lama.
3. Prinsip akibat. Pernyataan emosi dalam proses belajar ditunjukkan oleh adanya rasa senang atau tidak senang terhadap sesuatu yang dipelajari atau juga oleh rasa puas ataupun tidak puas setelah mempelajari sesuatu. Apabila seseorang tidak menyukai subjek pembelajar, lingkungan belajar, ataupun rekan-rekannya sesama pebelajar, orang tersebut akan mengalami hambatan bahkan kegagalan dalam proses belajarnya. Begitu pula sebaliknya jika ia menyukai subjek pembelajar, lingkungan maupun rekan-rekannya maka proses belajar akan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
4. Prinsip kesiapan. Tidak dapat diingkari bahwa prinsip ini akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh seseorang dari suatu proses belajar. Baik secara fisik maupun mental untuk belajar akan berada dalam suatu keadaan yang memperkenankannya mencurahkan perhatian yang sepenuhnya kepada materi belajar yang sedang dihadapinya dan secara maksimal mengatasi rintangan-rintangan fisik maupun mental agar dapat berprestasi dengan baik, sehingga dapat berhasil menyelasaikan tugas-tugas yang dihadapinya.




Pespektif teoritis belajar orang dewasa.
A. Carl Rogers
Carl roger adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistic yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta pebelajar dan pembelajar, hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui pengalaman kelompok yang lebih intensif. Menurut Jarvis, belajar berpengalaman yang dikembagkan oleh Rogers mengandung ciri-ciri berikut :
• manusia memiliki potensi alamiah untuk pebelajar,
• kegiatan belajar terjadi ketika pebelajar menyadari relevansi pelajaran tesebut bagi dirinya,
• kegiatan belajar melibatkan perubahan dalam organisasi dan persepsi diri,
• kegiatan belajar yang mengancam persepsi diri lebih mudah dipahami / dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman luar masih minim,
• kegiatan belajar teradi bila pebelajar tidak merasakan takut,
• kebanyakan pelajaran penting diperoleh dengan cara melakukan,
• kegiatan belajar akan lebih mudah apabila pebelajar berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar,
• belajar yang diprakarsai diri sendiri, melibatkan keseluruhan pebelajar sebagai pribadi,
• rasa bebas, sifat kreatif, dan percaya diri memudahkan berlangsungnya proses belajar apabila pebelajar berani mengkritik dan menilai diri sendiri,
• banyak hasil belajar yang bermanfaat dalam masyarakat diperoleh dengan mempelajari proses dan memelihara keterbukaan untuk pengalaman sehingga proses perubahan tersebut mungkin tergabung ke dalam diri sendiri.

B. Paulo Freire
Menurut Freire, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan pada diri pribadi (self affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan perjuangan kemerdekaan, membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Ia terkenal dengan gagasannya yang disebutnya conscientization yang mendorong ornag-orang untuk merdeka, membebaskan diri dari penjajahan, dan mengendalikan serta menentukan nasibnya dari konsep pendidikan yang berfungsi sebagai bank yang bertujuan untuk konformitas. Prinsip-prinsip dalam conscientization adalah :
• Tidak seorangpun yang dapat mengajar siapapun
• Tidak seorangpun yang belajar sendiri
• Orang-orang harus belajar bersama, bertindak di dalam dan pada dunia mereka.


C. Robert M. Gagne
Gagne mengajukan delapan tipe belajar, tujuh diantaranya dianggapnya sebagai suatu hierarki, dan yang kedelapan dapat terjadi pada setiap tingkatan.
1. Belajar berisyarat, suatu bentuk classical conditioning
2. Belajar stimulus-respon, sama dengan operant conditioning, yang responnya berbentuk ganjaran
3. Rangkaian motorik, belajar keterampilan
4. Rangkaian verbal, belajar dengan cara menghapal
5. Diskriminasi berganda, kemmpuan membedakan antara beberapa jenis gejala yang serupa
6. Belajar konsep, kemampuan berpikir abstrak yang mulai dipelajari pada masa remaja
7. Belajar aturan, kemampuan merespon terhadap keseluruhan isyarat
8. Belajar pemecahan masalah, menemukan jawaban terhadap situasi problematic.

D. Jack Mezirow
Mezirow menganggap pendidikan sebagai suatu kekuatan pembebasan individu dari belenggu dominasi budaya penjajah, namun ia melihat kemerdekaan dari perspektif yang lebih bersifat psikologis. Ia memusatkan perhatian pada konstruksi social dari realitas dan berpendapat bahwa kegiatan belajar sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengubah realita masyarakat. Ia juga memusatkan perhatian pada gagasan bahwa kegiatan belajar terjadi sebagai akibat dari refleksi pengalaman, sehingga karya-karyanya relevan dengan pemahaman proses belajar-membelajarkan dalam kehidupan social dan dalam situasi belajar secara non formal.
Selanjutnya ia menetapkan perbedaan tingkatan refleksi dan menetapkan tujuh tingkatan refleksi yang mungkin terjadi dalam masa kedewasaan, yaitu :
1. Reflesifitas; kesadaran akan persepsi khusus, arti dan perilaku
2. Refleksifitas afektif; kesadaran dan bagaimana individu merasa tentang apa yang dirasakan, dipikirkan, atau dilakukan
3. Refleksivitas diskriminasi; melihat kemanjuran persepsi, dan lain-lain
4. Refleksifitas pertimbangan, yakni membuat dan menjadikan sadar dan nilai pertimbangan yang dikemukakan
5. Refleksivitas konseptual; menilai kememadaian konsep yang digunakan untuk pertimbangan
6. Refleksifitas psikis; pengenalan kebiasaan membuat penilaian perasaan mengenai dasar informasi terbatas
7. Refleksifitas teoritis; kesadaran akan mengapa satu himpunan perspektif lebih atau kurang memadai untuk menjelaskan penglaman personal.

E. Malcom Knowles
Knowles terkenal dengan teori andragoginya oleh karena itu ia dianggap sebagai Bapak teori andragogi meskipun bukan dia yang pertama menggunakan istilah tersebut. Selain mengupas perspektif teoritis belajar bagi orang dewasa, ia juga mengupas perspektif teoritis pembelajaran orang dewasa, namun dalam ini pembahasan ditekankan pada perspektif teoritis belajar orang dewasa.


Pendekatan Pendidikan Orang Dewasa

1. Pendekatan pemusatan masalah
Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah, mengarahkan pengalaman belajar pada kehidupan pebelajar sehari-hari, dan akan mempunyai manfaat secara langsung. Dalam pendekatan pemusatan pada masalah, diskusi kelompok dan berpikir sangat dipentingkan. Pada diskusi kelompok akan terjadi keterlibatan pebelajar sehingga terjalin hubungan saling percaya antara pebelajar dengan pembelajar, juga sesame pebelajar.
2. Pendekatan proyektif
3. Pendekatan apersepsi-interaksi
4. Pendekayan perwujudan diri sendiri. Cirri-ciri :
• Proses berpusat pada pebelajar
• Belajar sesame teman dalam kelompok
• Membantu timbulnya konsep diri yang positif
• Daya khayal yang berdaya cipta

Keyakinan-Keyakinan tentang Proses Belajar dan Pebelajar
Keyakinan-keyakinan tentang pebelajar orang dewasa berhubungan denagn unsure-unsur lain di dalam kerangka filosofi kerja pendidikan orang dewasa. Keyakinan-keyakinan tersebut logikanya sama dengan keyakinan kita tentang tujuan pendidikan orang dewasa dan tentang isi atau subject matternya.

Selasa, 09 Februari 2010

resume 1

Resume Pertemuan 1

1. Pengertian dan Beberapa Asumsi Dasar Pendidikan Orang Dewasa

2. Tujuan dan Pertimbangan Filosofis Pendidikan Orang Dewasa


PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa-apa yang dibutuhkan untuk diketahui.

Kata “andragogi” itu sendiri untuk pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883, yang berarti merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacad maupun tidak cacad secara berkelanjutan.

Dengan demikian andragogi dapat dirumuskan sebagai suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar, (Knowles:1980).

Karakteristik Pendidikan Orang Dewasa

1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup. Belajar bagi orang dewasa haruslah berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang telah mereka miliki.

2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar oleh karena ada keterpautannya dengan keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, dan adanya rasa untuk berprestasi secara personal, keputusan, dan perwujudan diri.

3. Orang dewasa telah memiliki banyak peran dan tanggung jawab.

4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kebiasaan belajar karena telah lama meninggalkan bangku sekolah. Dan juga terdapat kemungkinan berkurangnya kemampuan fisik yang menyertai proses penuaan.

5. Orang dewasa lebih beragam daripada pemuda.

6. Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental, yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berpikir. Pada hakikatnya belajar terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang didapat oleh orang yang belajar melalui interaksi terhadap lingkungan tempat ia berada.

Beberapa asumsi dasar dan implikasinya terhadap belajar.

1. Konsep diri. Orang dewasa memandang dirinya sudah mampu untuk sepenuhnya mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan.

Beberapa implikasi dari asumsi konsep diri terhadap belajar bagi orang dewasa :

a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa.

b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.

c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.

d. Dalam proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pembelajar dan pebelajar.

e. Evaluasi belajar menekankan pada evaluasi diri.

2. Pengalaman. Bagi orang dewasa pengalaman adalah dirinya sendiri, ia merumuskan siapa dia, menciptakan identitas dirinya atas dasar seperangkat pengalaman yang unik.

Beberapa implikasi dari asumsi penglaman terhadap belajar bagi orang dewasa :

a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang sifatnya menyadap pengalaman mereka seperti diskusi, metode kasus, metode isiden kritis, simulasi, latihan praktek, dan sejenisnya.

b. Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis.

c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari penglaman.

3. Kesiapan untuk belajar. Masa kesiapan belajar bagi orang dewasa diakibatkan dari peran sosialnya. Implikasi :

a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangannya, bukan urutan logic mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan.

b. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.

4. Orientasi terhadap belajar. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi. Implikasi :

a. Para pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.

b. Kurikulum berorientasi kepada masalah.

c. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan pula masalah atau perhatian yang ada di benak mereka.

TUJUAN DAN PERTIMABANGAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Tujuan pendidikan orang dewasa secara umum :

1. Untuk membantu orang-orang melakukan penyesuaian psikologis terhadap kondisi social dan dunia alamiah mereka dengan melangkapinya aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2. Melengkapi orang dewasa dengan keterampilan-keterampilan yang diperlukan guna menemukan dan memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi dengan menekankan pada keterampilan-ketrampilan memecahkan masalah dan tidak pada isi atau subject matter.

3. Untuk membantu orang dewasa merubah kondisi social mereka.

4. Untuk membantu orang dewasa menjadi individu yang bebas, individu-individu otonom.

Pertimbangan filosofis dalam pendidikan orang dewasa.

Berpikir filosofis bagi orang dewasa sangat diperlukan, karena cara itu merupakan suatu tahap yang membimbing seseorang “mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Mrngembangkan cara berpikir filosofis merupakan proses penelitian tentang prinsip-prinsip atau hakikat yang di dalamnya mencakup penemuan dan pengembangan dari apa yang diyakini, khususnya tentang berbagai unsur-unsur dasar dari pendidikan untuk orang dewasa.

Metode berpikir filsafat bagi pendidikan orang dewasa membutuhkan sejumlah alasan mengapa hal itu diperlukan. Pertama, perlu adanya acuan-acuan pertnayaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang, yaitu pertnayaan “apa itu”, “mengapa begitu”, dan “apa yang akan dilakukan”, yang dapat dijawab melalui pendekatan ilmiah dan filosofis. Kedua, pendidik sering kali merasa hanya bagian yang sangat kecil dari suatu lembaga / institusi yang besar, sehingga ia memandang lembaga itu sebagai suatu sumber acuan. Ketiga, pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan / masalah. Keempat, pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang-orang dewasa dengan aktivitas masyarakat. Kelima, suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik melalui pendekatan yang terkait erat dengan pertanyaan mendasar.

Metode berpikir filsafat bagi pendidikan orang dewasa dapat didefinisikan sebagai suatu system, keyakinan yang dimiliki seorang pendidik untuk orang-orang dewasa.

Jumat, 05 Februari 2010

Percobaan

buat blog untuk tugas kuliah.
kira2 ini udah bener pa belom yaa??